CERPEN 3

               𝐌𝐄𝐌𝐈𝐋𝐈𝐇 𝐁𝐔𝐍𝐆𝐊𝐀𝐌


Daun berguguran ketika di hempas angin kencang, tidak ada pertanda angin tersebut reda malahan kini langit menjadi gelap, gemuruh petir memekakkan telinga. 

Siluet seorang pria yang tampak di dinding rumah sakit yang putih. Hanya ada pencahayaan remang-remang. 

Pria tersebut menatap sosok hitam tinggi yang berdiri di samping brankar yang ia tidurin saat ini, sosok tersebut membawa tongkat seperti malaikat maut, yang dapat di pastikan pria itu tengah berhadapan dengan mautnya. 


Kenzo, pria tersebut bernama KENZO ALLIGMANTARA. Kenzo sudah siap apa bila nyawanya di cabut, dia sudah lelah dengan kehidupannya ini dia merasa hidupnya ini tidak adil, dia diperlakukan buruk oleh semua orang termasuk ayah dan abangnya. 

Kenzo bukan hanya mendapatkan kekerasan fisik tapi juga mental, apalagii dari keluarganya, kata demi kata menyakitkan yang dia dapat. 

2 tahun sudah ibu mereka meninggal dunia, sejak itu pula Kenzo merasakan kehilangan sosok yang selama ini memperhatikannya, dan sejak itu pula Kenzo mendapatkan kekerasan dari keluarganya.

Ibunya pergi sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya tapi keluarganya melampiaskan emosi bukan, seluruh emosi mereka lampiaskan kepada Kenzo. 

Mereka bahkan tidak tau anak/adiknya ini memiliki penyakit asma yang sangat parah. 

Kenzo menahan sakitnya terkena cambukan dari ayahnya, di pukul dan di tampar oleh ke dua abangnya, bahkan saat dia di jadikan bahan bully di sekolah abangnya tidak berniat membantunya. 

Kembali pada Kenzo. Kenzo menatap sosok hitam tinggi itu yang seperti terus menatapnya. 

Mata Kenzo beralih menatap vas bunga di samping brankar yang dia tiduri, di dalam vas terdapat bunga mawar putih. 

Kenzo mengambil sebatang bunga mawar yang masih terdapat duri-duri tajam yang menusuk tangannya, Kenzo tak peduli itu. 

Dia menggenggam tangkai bunga tersebut sampai tanganya mengeluarkan darah yang mengalir jatuh di selimut putih yang dia gunakan. 

Kenzo menyodorkan bunga tersebut kepada sosok hitam yang terus menatapnya. 

"Bawa aku pergi" 

Itu yang diucapkan Kenzo saat dia menyodorkan bunga mawar tersebut kepada sosok hitam. 

Tangan sosok itu tampak sedikit terangkan lalu perlahan menerima bunga yang diberikan Kenzo padanya. 

Sosok tersebut menyelipkan batangan bunga pada tongkatnya, dia beralih menatap Kenzo. 

Tangan sosok tersebut mengulur kepada Kenzo yang di balas oleh Kenzo sendiri. 

Dapat Kenzo rasakan kuku-kuku tajam sosok itu tetapi itu tidak melukai tangannya, sosok tesebut menggenggam tangan berdarah Kenzo. 

"Pergi?" 

Suara berat sosok tersebut menggema di ruangan rumahsakit yang ditempati Kenzo. 

Kenzo mengangguk menanggapi pertanyaan dari sosok tersebut. 

Sosok tersebut melepaskan genggamannya pada tangan Kenzo, tangan sosok tersebut beralih mengarah ke pipi Kenzo yang sudah dibasahi air mata. 

Ya Kenzo menangis tampan suara. Tangan sosok tersebut mengusap air mata Kenzo tapi bukan kuku panjang yang Kenzo rasakan di pipinya tapi tangan lembut yang mengusap pipinya. 

"Bertahanlah, dunia masih membutuhkan sosok kuat sepertimu" 

Lagi lagi suara sosok tersebut mengema di ruangan Kenzo. 

Apa maksud sosok tersebut yang mengatakan bahwa dunia masih membutuhkannya? 

Sosok tersebut menjatuhkan vas bunga di samping Brankar Kenzo. Kenzo binggung, apa yang dilakukan sosok ini? 

" ... "

" Abaaang!! " terdengar suara cempreng dari seorang pria dari luar ruangan. Bertepatan dengan itu sosok tersebut menghilang begitu saja, hilang tanpa jejak. 

Kenzo tersadar dia masih memiliki sorang adik yang masih SMP yang harus dia jaga. Kenzo sendiri tengah menduduki bangku SMA kelas dua. 

Adik Kenzo yang bernama ALDEN LEON membuka pintu rawat abangnya, dia terkejut mendengar suara pecahkan dia lansung masuk melihat abangnya. 

Dia melihat pecahkan vas di lantai "abang kenapa?!" tanya Alden panik. Alden menghidupkan saklar lampung agar lebih terang. 

"Abang gapapa Al" ucap Kenzo kepada adiknya.

 Alden berjalan mendekat menduduki dirinya di samping brankar abangnya. 

Alden melihat tangan abangnya yang berlumuran darah "ini tangan abang kenapa?!! " tanya nya panik, Alden bergegas memanggil dokter untuk mengobati luka abangnya. 

Setelah luka Kenzo di obati oleh dokter sekarang giliran Alden yang akan menanyai abangnya. 

"Itu tadi tangan abang kenapa?" tanya Alden lansung Tudepoin kepada abangnya. 

" ... " Kenzo bingung harus menjawab apa kepada adiknya dia memilih untuk diam. 

Helaan nafas berat dari Alden terdengar, "yaudah kalau abang gak mau cerita sama Al gapapa kok tapi nanti kalau abang butuh sesuatu panggil Al yaa, Al bakal jagain abang sampai sembuh pokonya. Al bakalan ada terus buat abang, karena Al sayang banget sama abang.ucap Alden panjang lebar,Dia lantas memeluk tubuh abangnya, pelan pelan, agar abangnya tersebut tidak merasakan sakit, karena terhimpit tubuhnya. 

Alden tau, abangnya ini sangat pendiam, jarang sekali berbagai keluh kesah padanya, itulah yang membuat Alden tidak tau abangnya dibully. 

Lain halnya dengan Alden, Kenzo tengah memikirkan kembali ucapan sosok tersebut, sekarang dia tau, dia hidup untuk siapa. Benar dia masih memiliki sosok adik yang harus dia jaga. 

" 𝘶𝘮𝘢𝘢, 𝘒𝘦𝘯 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘫𝘢𝘨𝘢𝘪𝘯 𝘢𝘥𝘦𝘬 𝘬𝘰𝘬, 𝘶𝘮𝘢𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢𝘢, 𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘶𝘮𝘢𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘢.." Batin Kenzo mengingat sosok yang telah Melahirkannya ke dunia ini, yang kerap ia panggil 𝘶𝘮𝘢𝘢. 

Sebenarnya umaa nya tersebut meninggal tabrak lari, saat dia ingin mengantarkan bekal Kenzo yang tertinggal. 

Kenzo samasekali tidak meminta di antarkan, tapi itu inisiatif umaa nya sendiri, dan berakhir dia yang disalahkan oleh keluarganya, kecuali adiknya tentu. 

Mengesalkan? Tentu. Bahkan saat Kenzo berusaha menjelaskan tidak ada yang mau mendengarkan, semuanya tetap menyalahkannya atas kepergian umaa mereka. 

Cukup disini, Kenzo tidak akan lagi berusaha menjelaskannya, karna untuk apa? Dijelaskan tapi tidak do dengar, percuma saja.. 

Sekarang Kenzo akan fokus merawat Alden yang membutuhkan kasih sayang, dia akan berusaha memberikannya untuk adeknya itu. 

END


"𝐁𝐮𝐚𝐭 𝐚𝐩𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐮𝐚𝐫𝐚 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐫? 𝐋𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐛𝐮𝐧𝐠𝐤𝐚𝐦 𝐰𝐚𝐥𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐚, 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐨𝐛𝐚, 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚𝐢"._𝐊𝐞𝐧𝐳𝐨 𝐚𝐥𝐥𝐢𝐠𝐦𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚𝐥

Komentar